Minggu, 11 September 2011

Rabbiy...Ajari Aku Ikhlas

Aku tak tau harus memulai catatan ini dari mana. Aku hanya bisa berteman dengan tulisan, merangkai kata demi kata setelah-Nya.Rabbiy...Engkau memang tidak pernah meninggalkanku...slalu ada kapan dan dimana pun aku membutuhkan-Mu.

          



                  Pun sekarang ketika kesedihan itu mulai lagi menghampiriku. Mengingat sebuah rumah kecil. Disana aku hidup dengan segala kesederhanaan. Melewati masa-masa kecilku hingga tumbuh dewasa dibawah didikan dan tempaan tangan seorang ayah. Sosok laki-laki yang akan slalu aku banggakan hingga akhir hidupku.Namun, aku harus  kehilangannya  dimasa dimana aku sangat membutuhkannya. Dimasa dimana aku masih ingin berbagi bersamanya dengan kenyataan hidup yang menghampiriku. Malam ini, genap 3 bulan kepergiannya. Masih terbayang dalam benakku 2 malam terakhir aku bersamanya. Waktu yang sangat singkat yang seharusnya aku bersamanya disisa umurnya yang masih ada seperti mereka. Tapi semua itu hanyalah angan-angan kosong tak kan bisa aku wujudkan untuknya lagi.
                 Air mata itu slalu hadir ketika kesedihan itu datang bercampur dengan kefanaan dunia di depan mata yang penuh dengan sesaknya masalah. Kadang aku harus berjalan diatas sandiwara yang aku ciptakan sendiri. Disana aku tersenyum bahagia didepan makhluk-makhlukNya untuk menutupi kerontaan hati yang ada. Dunia...memang hanya panggung sandiwara.
                 Rabbiy...Ajari aku ikhlas menghadapi semua agar kesedihan dan air mata bukanlah tanda putus asa dan ketidakridhoan menerima takdirmu. Harapku akan ada hikmah terbesar dan terindah yang akan Engkau anugrahkan kelakUntuknya selaksa cinta dan rindu akan slalu ada. Izinkan aku mempersembahkan kado terindah untuknya. Dan dengan-Mu bantu aku mewujudkan impian itu untuknya.

0 Comments:

Post a Comment