Rabu, 07 September 2011

Yang Terindah Darimu...


       Kini...genap 3 tahun kepergianmu. Kucoba untuk mengingat kembali semua kenangan bersamamu yang telah berhasil engkau lukis dalam lembaran kehidupanku. Kenangan yang tak kan kunjung terlupakan dalam sejarah perjalanan hidupku...engkau telah melukis hal yang terindah untukku.

               Cerdas dan sederhana....itulah kesan pertama ketika aku bertemu denganmu hampir 8 tahun yang lalu saat kita bersama baru pertama kali mendaftarkan diri di sebuah Sekolah Tinggi Islam di kota serambi madinah (makassar).

Dengan mobil mewah, engkau datang pagi itu untuk mendaftarkan diri dengan mengenakan kerudungmu yang hanya menutupi dada. Ketika melihat penampilanmu yang sangat sederhana, sungguh...aku tidak menyangka kalau engkau adalah seorang anak dari keluarga yang kaya raya di kota itu.Dan Alhamdulillah...kita bersama diterima sebagai mahasantri dima'had yang masih sangat baru untuk kita.


               Kita pun bersama mulai merajut ukhuwah (persaudaraan) di atas cinta karena Allah Ta'ala dima'had yang kita cintai itu.Bersama saling menguatkan untuk tetap istiqamah diatas jalan-Nya. Menggenggam segelintir ilmu yang Allah anugrahkan kepada kita dan bersama menatap masa depan yang Allah Ta'ala janjikan bagi orang-orang yang beramal shaleh. Sungguh...kala itu adalah masa dimana kita bersama baru menemukan jati diri kita. Nikmatnya iman yang bersemayam dalam dada, manisnya bersaudara bersama akhwat karena –Nya...tidak bisa kita ungkapkan dengan kata-kata. Bahkan, ia lebih berharga dari dunia dan isinya. Bagaimana tidak ??? Itulah kebahagiaan yang hakiki yang Allah Ta'ala anugerahkan untuk kita dan pantas untuk kita syukuri.


               Engkau mulai mengenal dan merasakan manisnya TARBIYAH. Menyelam lebih jauh untuk mendapatkan mutiara terindah dalam kehidupan ini meskipun terkadang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Demikian juga kami saudarimu. Perubahan demi perubahan mulai nampak dalam pola pikir dan penampilanmu kala itu. Bukan karena lingkungan, juga bukan karena sahabat, tapi karena ilmu yang engkau dapatkan. Mulailah engkau menutupi auratmu dengan jilbab syar'imu nan anggun. Engkau telah membuat kami terkesima dengan perubahanmu yang demikian cepat. Subhanallah...inikah yang namanya hidayah yang telah membuatmu berubah demikian cepatnya??
               Hari berganti hari...bulan berganti bulan...tahun berganti tahun...mulailah seruntun masalah menimpa kehidupanmu. Orang tuamu menginginkanmu untuk lanjut kuliah diperguruan tinggi ternama dikota itu dengan meninggalkan ma'had yang engkau cintai. Kecerdasanmu sangat meyakinkan keluargamu kalau engkau mampu untuk kuliah ditempat itu agar engkau mendapatkan masa depan yang lebih baik. Demikian juga dengan keluargamu yang lainnya menginginkan hal yang sama.Namun, engkau tetap bertahan diatas pilihanmu. Engkau tetap tegar di atas jalan yang engkau pahat dengan keringat dan mujahadahmu. Sungguh...kami kagum kepadamu duhai sahabat ..!!! Kami kagum kepadamu dengan pilihan mulia yang engkau tanamkan dalam hatimu. Kami kagum kepadamu ketika engkau memilih Allah dan Rasul-Nya ketika mereka menawarkan engkau kebahagiaan dunia. Bertahan untuk tetap kuliah di ma'had yang sangat sederhana kala itu.Diujung kota makassar.
                 Satu tahapan dari cobaan itu telah berhasil engkau lalui sahabatku...! Dan mulailah masalah terbesar menghampiri hidupmu . Bukan karena Rabbmu tidak mencintaimu . Bukan karena Rabbmu membencimu. Tapi itulah bukti cinta Allah Ta'ala atasmu. Allah Azza wa jalla telah memilihmu untuk memikul beban itu. Allah tahu bahwa dadamu mampu membawa beban itu. Allah tahu bahwa pundakmu bisa memikul beban itu pada usiamu yang masih sangat belia.
Engkau diharuskan untuk menikah dengan pilihan orang tuamu. Namun, engkau tidak pernah berbagi kepada kami semua saudarimu. Engkau pikul sendiri beban itu. Engkau tidak menampakkan sedikitpun kesedihan yang engkau alami dari raut wajahmu. Engkau tetap datang kuliah seperti biasa. Yang nampak hanyalah rasa lelah dan lesu yang sesekali engkau bumbui dengan senyum manismu agar kami tidak tahu apa yang engkau rasakan. Subhanallah...betapa kuatnya engkau menghadapi semua itu.
                 Hari itu tepatnya pada pekan ujian final. Biasanya engkau adalah orang yang paling cepat datang. Namun, kala itu kami tidak merasakan kehadiranmu. Suatu pemandangan yang belum pernah kami dapatkan dari engkau. Seribu pertanyaan muncul dari dalam hati-hati kami. Mungkinkah engkau terlambat datang?? Mungkinkah engkau sakit?? Dan seruntun pertanyaan yang lain yang sempat terlintas di benak kami. Dan... kami tidak pernah menyangka wahai saudariku kalau hari itu engkau sedang duduk diatas pelaminan dengan mengenakan gaun pengantinmu tanpa ada satu orang pun dari sahabatmu yang engkau undang. Ya Rabbiy...semoga ini yang terbaik buatmu.


                  Kini...engkau telah menjadi seorang istri dari seorang suami pilihan orang tuamu. Bertambahlah satu amanah mulia dalam kehidupanmu selain sebagai seorang penuntut ilmu dan mujahidah dalam organisasi Biro Keputrian Ma'had yang kita cintai. Namun, engkau tetap memberikan hak-hak suamimu dengan ilmu yang engkau miliki ditengah kesibukanmu yang lain. Engkau tetap eksis dalam dunia dakwah bersama para mujahidah lainnya. Masih terbayang dibenakku ketika engkau ikut menyukseskan kegiatan biro kita dalam acara "Pelatihan Ruqyah" . Semoga Allah menerima semua amalan kita.
                  Selang 6 bulan setelah pernikahanmu, Allah menghendaki sesuatu atasmu dan kami berharap kalau itulah yang terbaik untukmu. Ibumu menuturkan kalau engkau mohon pamit dari beliau dan suamimu untuk menghadiri daurah masyayekh pada liburan panjang dima'had kita. Awalnya, aku mengira engkau tidak datang karena seabrek pekerjaan dalam rumah tanggamu. Namun tiba-tiba salah seorang ustadzah kita mengabarkan kalau engkau mendapatkan kecelakaan dalam perjalanan menuju daurah. Engkau terjatuh dari sepeda motor yang engkau kendarai dan mengalami pendarahan yang serius. Orang-orang yang melihatmu kala itu berusaha untuk memberikan pertolongan yang terbaik untukmu. Namun, takdir Allah berkata lain...engkau menghembuskan nafas terakhirmu dalam perjalanan menuju rumah sakit.
                   Aku datang kerumahmu untuk memberikan persembahan yang terakhir buatmu. Dari jauh aku memandangimu. Engkau seakan-akan tersenyum menyambut takdir ilahi atasmu. Aku pun mendekat, memegang tanganmu dan mengelus kepalamu. Darah segar dari kepalamu membasahi tempat pembaringanmu kala itu. Tanpa aku sadari, butiran air mata mulai membasahi kedua kelopak mataku. Bukan karena aku sedih dengan kepergianmu. Tapi...aku kagum dengan kepribadian dan mujahadahmu.
                    Itulah masa terakhir aku melihatmu. Itulah persembahan terakhirku buatmu wahai sahabatku.... Dan maafkan aku karena tidak sempat mengantarmu sampai pada tempat persinggahan pertama dalam perjalanan panjangmu. Tapi yakinlah, aku kan tetap mendoakanmu.
Awal perkuliahan semester 4, sebagaimana biasa kami mulai kesibukan kuliah. Ada satu bangku yang kosong. Ada satu bangku yang menunggu kehadiranmu. Kesedihan kembali menghampiri kelas kita tanpa kehadiranmu kala itu. Namun bagaimanapun, ini adalah takdir yang harus dijalani.


                    Sahabatku...sungguh engkau meninggalkan dunia ini dengan jalan yang sangat mulia. Engkau meninggalkan kami bukan ketika engkau bermaksiat kepada Rabbmu. Bukan pula ketika engkau tenggelam dalam kelalaianmu. Tapi...engkau pergi menghadap Rabbmu ketika engkau hendak ke majelis dzikir...berjuang untuk memperbaiki agamamu. Sungguh akhir dari sebuah perjalanan yang sangat indah buatmu (wa laa nuzakkiy 'alallaah ahada).
                     Sahabatku...kini ma'had putri kita telah berdiri megah tanpa kehadiranmu. Impian bersama yang kita nantikan, kini Allah wujudkan. Dan kami sudah menyelesaikan studi kami dima'had yang kita cintai. Meskipun engkau tidak berada lagi ditengah-tengah kami, tapi namamu terkenang selalu hingga saat ini. Perjuanganmu akan kami teruskan. Semoga kami menyusulmu dengan akhir hidup yang terindah (husnul khatimah).
                    Sahabatku...meskipun engkau telah tiada, engkau tetap menjadi sahabat yang terbaik untukku....

                    Selamat jalan wahai sahabatku...Semoga Allah memudahkan perjalanan panjangmu...
                    Tiada yang dapat aku persembahkan untukmu selain doa yang aku panjatkan....

Sahabatmu yang selalu merindukanmu : Al-Faqiyrah ila Rabbiha

0 Comments:

Post a Comment